Wipe My Tears Part 10

image

Main cast : bae suzy – kim myung soo
Support cast : shin wonho, others
Rating : PG-18
Genre : romance, comedy
Scriptwriter : parkhy

This story is mine. Be sportif. Read, like or comment. Dont bashing or plagiat.
Please keep attention for rating i’ve gave to you. Be responsible with your self. Happy reading all. Sorry for typo
“Bae suzy kau benar-benar menguji batas kesabaranku,” ujar myungsoo di depan suzy…

“Myungsoo-ah…” lirih suzy. Wonho terkejut melihat myungsoo tiba-tiba duduk di meja tepat dihadapan suzy.

“A~” myungsoo membuka mulutnya. Suzy mengerjapkan matanya.

“Yaa.. Kenapa sekarang kau malah diam bukannya menyuapkan masakanmu yang aneh itu pada namjamu eoh,” protes myungsoo.

“Myungsoo-ah…” rengek suzy. Diletakkannya piring yang dipegangnya tepat di samping myungsoo dan memeluk leher myungsoo erat. Myungsoo tersenyum simpul, suzy tak mungkin berlama-lama marah padanya bukan. Wonho mengunci mulutnya rapat-rapat. Ada rasa panas yang menyeruak di dadanya. Suzy yang sekarang sepertinya sudah terlalu bergantung pada myungsoo, bukan padanya lagi.

“Emm aku pergi ke halaman dulu membantu minho,” ucap wonho pelan.

Myungsoo tersenyum kecil dan mengangguk pelan. Suzy masih saja mengunci lehernya. Ditatapnya wonho yang berjalan menuju halaman. Ada rasa tak enak sebenarnya pada wonho, bagaimanapun namja itu adalah teman baiknya. Tapi rasa memilikinya terhadap suzy terlalu besar. Rasanya tak ingin membagi yeojanya dengan siapapun.

“Bagaimana kau mau menyuapiku kalau kau memeluk leherku seperti anak koala begini eoh,” myungsoo mengusap pelan punggung suzy.

“Apa kau benar-benar kesal padaku? Kau tak tahan dengan sifatku yah?” suzy melepas pelukannya dan menatap myungsoo separuh menyesal.

“Eoh..kau benar-benar membuatku hampir hilang kesabaran nona muda. Aku rasa ada yang aneh dengan kepalaku. Kenapa aku malah betah dengan yeoja yang jelas-jelas membuatku emosi,” cibir myungsoo sembari mengusap pipi suzy pelan. Ada beberapa noda yang masih menempel di pipi bulat suzy.

“Kk..mianhae ne.. Aku tak akan membuatmu kesal lagi. Aku menyesal,” suzy tertawa pelan, diusapnya pelan lengan myungsoo.

“Ck.. Kau tak terlihat seperti orang yang sedang menyesal nona bae,” myungsoo berdecak pelan.

“Sekarang dimakan ne,” suzy mengambil piring pastanya kembali, bersiap menyuapi myungsoo.

“Aku pikir setelah kau menyesal kau tak akan memaksaku memakan makanan itu lagi,” keluh myungsoo menatap sendok di depannya malas.

“Ck.. Satu sendok saja. Buka mulutmu,” ucap suzy tegas. Dengan malas myungsoo membuka mulutnya. Kepalanya bergerak ke belakang seiring dengan suzy yang mengarahkan sendoknya maju ke mulutnya. Karena suzy terus saja menatapnya tajam, akhirnya dimakannya juga suapan pasta pedas itu.

“Masida matchi…” suzy memperlihatkan eyesmilenya yang mempesona.

Myungsoo mengunyah pasta itu pelan. Rasa pedas dan panas di mulut yang tak disukainya mulai menyebar. Dia benci makanan pedas. Ditelannya habis makanan di mulutnya. Rasanya matanya sedikit berair. Suzy hanya terkikik pelan. Bukankah namjanya sangat menyukainya hingga rela memakan makanan pedas yang tak disukainya itu.

“Aa..pedas,” myungsoo menghirup udara dari mulutnya seolah dengan begitu dapat mengurangi rasa pedas di mulutnya.

Suzy tertawa pelan sembari meletakkan piringnya di meja. Myungsoo berdecak sambil menahan rasa pedasnya. Tatapannya seolah berkata kau tak berhak tertawa setelah membuatku begini. Suzy tersenyum dan mendekatkan bibirnya pada myungsoo.

“Begini tidak pedas bukan,” ujar suzy setelah memberikan ciuman singkat di bibir myungsoo. Namja itu berdecak pelan. Yeojanya selalu bisa menemukan cara menghilangkan rasa kesal di dirinya. Myungsoo mendorong tubuh suzy pelan hingga berbaring di sofa.

“Myungsoo ini rumah orang lain, bukan apartemenmu,” pekik suzy pelan, kaget dengan tindakan myungsoo.

“Ah..benar.. Aku lupa,” myungsoo menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil berdiri, lalu membantu suzy bangun.

“Ck..dasar.. Ayo kita kembali ke dalam. Sulli bisa mengamuk jika kita berlama-lama di sini,” digandengnya myungsoo kembali ke halaman. Myungsoo tersenyum kecil, setidaknya dia bisa menyelesaikan satu pertengkaran lagi dengan suzy kali ini.

***

Myungsoo menghela nafas pelan. Dalam 3 hari ini pekerjaannya semakin menumpuk. Pikirannya seperti benang kusut yang tak bisa diurai. Bukan memikirkan tentang tumpukan berkas yang tak kunjung selesai, tapi memikirkan yeojanya yang jarang ditemuinya. Terlebih lagi suzy yang dalam dua hari terakhir terlihat sibuk dengan proyek barunya dengan shin wonho. Bukannya suzy tak pernah menelepon myungsoo, yeoja itu bahkan menelepon atau mengirimkan pesan setiap jam sekali mengecek myungsoo sudah makan atau sekedar mengingatkan untuk tidak dekat dengan yeoja manapun.

Kekhawatiran tentang hati suzy yang mungkin berpaling darinya membuat myungsoo sedikit gusar. Bukannya tak percaya pada suzy, hanya saja memikirkan suzy sering berinteraksi dengan wonho membuatnya tak tenang, terlebih lagi ketika dia tahu perasaan wonho untuk suzy. Ditatapnya layar ponselnya di meja. Belum ada pesan apapun dari suzy padahal yeoja itu mengatakan dia akan datang lebih awal. Hari ini memang ada rapat seperti biasa.

Kring~ ponsel myungsoo berbunyi.

“Myungsoo-ah.. Sepertinya aku tak bisa menghadiri rapat siang ini,” suara manja suzy langsung terdengar begitu myungsoo mengangkat sambungannya.

“Waeyo?” tanya myungsoo singkat.

“Mendadak aku harus mengadakan pertemuan untuk proyek JA. Sekretaris nam yang akan menghadiri rapat bersama perusahaanmu nanti,” jelas suzy.

“Neo eoddi jigeum?” tanya myungsoo ingin tahu karena ada suara berisik di seberang.

“Sedang di restoran dekat kantormu bersama wonho. Kami sedang menunggu yang lainnya. Yaa shin wonho..sudah kubilang makannya jangan diaduk begitu..eish.. Buka mulutmu,”  suzy terdengar beralih mengobrol dengan wonho. Tangan myungsoo terkepal mendengar ucapan suzy, bukankah itu berarti yeojanya berniat menyuapi wonho entah dengan makanan apa yang mereka pesan.

“Setelah pertemuan selesai aku akan mampir ke kantormu. Kalaupun kau belum selesai rapat aku akan menunggu di ruanganmu,” ucap suzy riang pada myungsoo.

“Eoh.. Keuno,” myungsoo segera menutup sambungan ponselnya. Dia tahu suzy pasti bingung di seberang sana kenapa dia terburu-buru menutup ponselnya. Diurutnya pelan pelipisnya sambil memejamkan mata.

“Wonho lagi…” lirih myungsoo pelan.

Suzy memasuki lobby kantor myungsoo. Disampingnya ada wonho yang juga ikut berjalan, karena ada sesuatu yang harus ditanyakannya dengan myungsoo mengenai rekan proyek mereka yang kebetulan adalah mantan rekan bisnis kim corporation sebelumnya.

Wonho mengamati wajah suzy yang terlihat senang akan bertemu myungsoo yang katanya sudah tiga hari tak ditemuinya. Dipandangnya suzy sayu. Sepertinya suzy memang benar-benar menyukai myungsoo. Saking bersemangatnya ingin bertemu myungsoo suzy mempercepat jalannya hingga tak sengaja tersandung ujung sepatunya sendiri. Beruntung dengan sigap wonho menahan pinggangnya dari samping hingga dia tak perlu tersungkur ke bawah.

“Berhati-hatilah berjalan, kau harus ingat kakimu,” ucap wonho.

“Eoh gomawo,” senyum suzy.

“Dasar kau ini dari dulu tetap saja,” wonho tersenyum simpul sembari mengusap kepala suzy pelan.

Sementara tak jauh dari mereka myungsoo yang baru saja selesai rapat tak sengaja melihat pemandangan yang membuatnya harus mengatupkan rahangnya rapat-rapat. Yeojanya dan cinta pertamanya terlihat begitu akrab. Terlebih lagi mereka saling tersenyum membuat amarahnya semakin naik. Dia akui cemburu menguasai hatinya saat ini. Bukankah itu wajar, karena dia mencintai suzy.

“Kim sajangnim,” suara halus seorang yeoja terdengar di belakang myungsoo membuat namja itu mengalihkan perhatiannya. Seorang yeoja yang diketahuinya sebagai putri salah satu rekan bisnis appanya yang kebetulan menggantikan posisi ayahnya sebagai peserta rapat tengah tersenyum pada myungsoo.

“Apa anda masih ingat padaku?” yeoja itu tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang kecil dan rapi seolah sudah melewati proses pengikiran di klinik gigi.

“Eung.. Nuguseumnida?” myungsoo memandangnya bingung.

“Son naeun imnida, saki chingu,” ujarnya sembari mengulas senyum.

Myungsoo memutar bola matanya mencoba mengingat begitu yeoja itu bilang dia teman mantan kekasihnya di jepang. Sekelebat bayangan yeoja korea yang selalu bersama saki muncul di benaknya. Dia membulatkan mulutnya mengerti.

“Ah.. Son naeun, ne aku ingat. Jadi kau putri tuan son. Maaf aku tak mengenalimu,” myungsoo tersenyum kecut salah tingkah.

“Gwenchana,” ujar naeun ramah. Tiba-tiba dari arah belakang seorang namja paruh baya tak sengaja menyenggol punggung naeun hingga yeoja itu terdorong ke depan. Myungsoo menahan kedua lengan naeun supaya tak menabraknya.

“Gwenchana?” tanya myungsoo.

“Eoh.. Ne..” jawab naeun gugup.

“Kim myung soo!” sebuah pekikan yang cukup keras terdengar.

Terdengar derap cepat sepatu yang beradu dengan lantai. Beberapa detik kemudian sepasang tangan putih dan halus melepas pegangan tangan myungsoo di lengan naeun secara paksa. Suzy menatap myungsoo denganbtatapan yang mengintimidasi lalu dialihkan kepalanya menoleh pada naeun. Menatap yeoja yang terlihat bingung itu dengan tatapan datar.

“Nuguseyo,” tanya suzy sedatar mungkin. Myungsoo menghela nafas pelan. Sikap posesif suzy pasti muncul lagi dilihat dari caranya memandang naeun.

“Ne? Jeoyo? Son naeun imnida,” naeun memperkenalkan dirinya. Suzy menatap naeun dari atas sampai bawah.

“Suzy jangan menatap seseorang seperti itu, tidak sopan,” desis myungsoo tegas tapi tak dihiraukan oleh suzy.

“Kau siapanya myungsoo? Kenapa myungsoo memegang lenganmu tadi,” tuntut suzy.

“Ne? Ah.. Geuge.. Seseorang tak sengaja mendorongku dari belakang. Aku seorang kenalan myungsoo saat kuliah di jepang,” terang naeun gugup. Tatapan suzy terlihat cukup menyeramkan. Suzy memicingkan matanya ketika naeun mengucapkan kata jepang.

“Jepang? Apa kau yeoja yang bernama saki?” tuduh suzy.

“Ne? Animida.. Jeoneun aniya. Saki itu temanku,” naeun menggerakkan kelima jarinya ke kanan dan ke kiri.

“Bae suzy geumanhae,” myungsoo memperingatkan dengan tegas. Wonho hanya memperhatikan dari belakang.

“Wae! Kenapa kau melarangku menanyakan tentang yeoja bernama saki itu,” suzy menatap myungsoo tajam lalu beralih lagi pada naeun.

“Lalu di mana yeoja jepang bernama saki itu sekarang,” tanya suzy tajam.

“Ah itu yang baru saja mau aku katakan. Saki ada di korea, dia menyakan kabarmu beberapa hari yang lalu,” naeun beralih pada myungsoo.

“Katakan pada yeoja bernama saki itu myungsoo baik-baik saja dan jangan menanyakan kabarnya lagi,” timpal suzy.

“Bae suzy aku bilang berhenti!” nada suara myungsoo naik beberapa oktaf, cukup membuat naeun terkejut. Suzy mengerucutkan bibirnya sebal.

“Jwesonghamnida naeun ssi atas kelakuannya. Sampaikan salamku jika kau bertemu saki kembali,” ucap myungsoo menyesal. Suzy mendesis pelan.

“Ah.. Geure.. Emm kalau begitu aku pergi dulu, mian..” naeun membungkukkan badan sebentar kemudian pergi.

“Kenapa kau meminta maaf atas kelakuanku. Memangnya ada yang salah denganku. Dan tak seharusnya kau berhubungan lagi dengan yeoja bernama saki itu,” sungut suzy. Myungsoo menghela nafas kasar.

“Memangnya kenapa? Aku hanya membalas salamnya saja,” myungsoo berusaha menahan emosinya mengingat dia berada di kantor.

“Yaa kalian berhentilah bertengkar,” wonho bersuara dari belakang myungsoo. Mendengarnya emosi myungsoo semakin meluap.

“Aku tak suka myungsoo,” rengek suzy.

“Lalu aku harus bagaimana memangnya. Aku bukan boneka yang harus selalu kau atur dan harus selalu menuruti keinginanmu bae suzy. Yang harus kau atur harus memakai dasi apa, baju apa warna apa. Yang harus kau atur makan apa. Aku juga bisa lelah menuruti keinginanmu. Bersikaplah dewasa sesuai dengan umurmu bae suzy,” myungsoo menumpahkan semua kekesalannya. Beberapa staf yang kebetulan lewat bahkan menoleh karena nada suara myungsoo cukup keras. Mereka melirik suzy dan berbisik.

“Myungsoo-ah…” suara suzy bergetar. Myungsoo tak pernah semarah ini padanya sebelumnya. Matanya mulai basah.

“Wae, kau ingin menangis?” suara yang keluar dari mulut myungsoo terdengar sinis, padahal sebenarnya dia tak ingin bersuara seperti itu.

“Kim myungsoo kau sudah melewati batas,” wonho menyela tegas dan berdiri di tengah mereka. Ditatapnya myungsoo lekat.

“Geumanhae,” pinta wonho yang tak tega melihat bibir suzy bergetar menahan tangis.

“Wae? Kau tak tega padanya? Bukankah kau lebih sering membuatnya menangis dibandingkan aku. Ah.. Aku lupa itu dulu. Bukankah sekarang kau sudah berubah menjadi penjaganya,” timpal myungsoo. Matanya menatap tajam wonho. Wonho mengerutkan keningnya sedikit. Sepertinya ucapan myungsoo menyimpan arti khusus.

“Kenapa kau membawa-bawa wonho, di sini kau yang membuatku menangis,” suzy mengeluarkan suaranya meski terdengar parau.

“Geureom wae. Bukankah kau bisa meminta wonho untuk menenangkanmu dan mengusap kepalamu seperti biasanya,” sahut myungsoo. Suzy tak mampu lagi menahan air matanya.

“Kau menyebalkan kim myungsoo!” pekik suzy kemudian berlari dari sana sambil menangis. Myungsoo mengepalkan tangannya. Melihat suzy menangis seperti itu karena dirinya, membuatnya mengutuk dirinya sendiri.

“Jangan menyesal jika kau kehilangan dia kim myungsoo. Aku memperingatkanmu sebagai seorang sahabat,” ujar wonho tajam kemudian pergi mengejar suzy. Myungsoo mengerang sambil memukul dinding meluapkan kekesalannya. Kesal karena mulutnya yang jahat, kesal karena kedekatan wonho dan suzy, dan kesal karena peringatan wonho padanya.

***

“Suzy-ah.. Buka pintunya.. Kenapa kau menangis begitu,” bujuk sulli dari luar pintu kamar suzy. Minho yang berdiri di sampingnya mengangkat kedua bahunya bersamaan ketika sulli berkata tanpa suara mengucapkan eotteohke. Han ajumma yang menelepon sulli karena khawatir mendengar nona mudanya menangis sejak kemarin.

“Choi goon eotteohke? Nona belum keluar kamar sejak kemarin. Perutnya belum terisi apapun. Apa yang harus saya katakan pada tuan dan nyonya begitu mereka pulang nanti,” lirih han ajumma.

“Gojongma ajumma.. Bukankah suzy selalu menyimpan coklat dan makanan kecil lainnya di lacinya. Setidaknya coklat bisa membuatnya bertenaga. Aku bertaruh di dalam dia sedang memakan coklat sambil menangis,” minho menghela nafas pelan. Han ajumma tetap saja memasang wajah khawatir sementara tangisan suzy semakin kencang. Terdengar suara robekan kecil dari dalam. Sulli bergidik, pasti di dalam suzy sedang merobek-robek sarung bantal seperti biasanya.

“Wonho-ah.. Apa kau tak tahu kenapa dia menangis seperti itu. Apa proyek kalian tak berjalan lancar? Apa ada masalah? Eish.. Di mana myungsoo. Yeojanya menangis seperti orang gila begini dia masih saja sibuk dengan pekerjaannya,” sulli bertanya pada wonho kemudian mendumel sendiri.

“Molla..” wonho hanya menjawab singkat sembari menatap lurus ke pintu kamar suzy di depannya.

Sementara minho dan sulli berusaha membujuk suzy, wonho berjalan menjauh sambil menekan layar ponselnya. Mencari nomor seseorang kemudian menekan tombol panggilan. Tak ada jawaban. Myungsoo mematikan ponselnya.

“Chagiya.. Lebih baik kau makan dulu, jangan sampai kau kelelahan,” ujar minho mengulas perut sulli.

“Em.. Geure.. Kajja. Wonho-ah ayo kita ke ruang makan. Han ajumma menyiapkan makanan untuk kita. Yaa bae suzy cepat keluarlah untuk makan. Kau butuh makan,” pekik sulli di depan pintu. Tak ada respon dari dalam. Minho, sulli dan wonho berjalan menuju ruang makan, berharap suzy akan menyusul mereka karena kelaparan.

Setengah jam berlalu. Minho, sulli dan wonho berjalan kembali ke arah kamar suzy. Rupanya yeoja itu masih betah mengurung dirinya sendiri. Namun ketiganya sedikit terkejut mendapati pintu kamar suzy sedikit terbuka, tapi pemiliknya tak ada di dalam…

Myungsoo sedang melamun. Pikirannya sama sekali tak berada dalam jalur yang benar setelah pertengkarannya dengan suzy kemarin. Dia tahu tak seharusnya dia berkata seperti itu pada suzy, tapi apa dayanya. Emosinya terlanjur meluap.

“Kim sajangnim, anda terlihat lelah,” suara seorang namja paruh tua memecah lamunan myungsoo.

“Eh.. Aniyo. Hanya memikirkan pekerjaan saja,” jawab myungsoo sembari menuangkan botol beling hijau pada gelas namja di hadapannya.

Saat ini dia memang sedang pergi minum dengan rekan bisnis appanya. Myungsoo bukan tipe pria peminum, hanya sekedar menemani rekan bisnisnya sebagai bentuk penghormatan bagi kerjasama mereka. Kemudian telinganya menangkap pekikan suara yeoja yang sejak kemarin memenuhi pikirannya.

“Ajumma.. Kenapa kau tak memberikanku tambahan soju lagi,” pekik suzy. Separuh kesadarannya mulai hilang. Myungsoo menoleh. Kaget. Sejak kapan suzy ada di pojok ruangan tempat itu. Apa dia terlalu asik dengan lamunannya hingga tak menyadari suzy juga berada di tempat yang sama.

“Agassi..kau sudah mabuk,” ujar ajumma pemilik tempat itu. Myungsoo melirik suzy. Matanya sembab, rambutnya sedikit awut-awutan, make-up tipis di wajahnya bahkan berantakan.

“Ajumma biarkan aku minum. Kenapa kau cerewet sekali. Kau seperti namjaku. Namja? Geu nappeun…” dengus suzy separuh sadar. Myungsoo menghela nafas pelan, hanya mendengarkan dari tempatnya duduk.

“Aku ini sedang sakit hati ajumma. Jadi biarkan aku minum,” pekik suzy. Beberapa detik kemudian wajahnya berubah sedih.

“Kau tahu ajumma.. Nae namja..paling tampan sedunia. Tapi dia bilang dia lelah padaku. Menyebalkan. Dia bahkan tak membalas pesanku. Hiks… Apa aku yeoja yang tak baik ajumma,” racau suzy tak sadar. Ajumma pemilik tempat minum itu memandangnya prihatin.

“Berikan namjamu waktu agassi. Dan kau juga butuh waktu untuk introspeksi dirimu sendiri. Carilah kesalahanmu dan perbaiki,” saran ajumma itu. Suzy mendengus keras.

“Kesalahanku? Cih.. Dia yang salah bukan aku. Berani-beraninya dia berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya di depanku, namja menyebalkan,” maki suzy keras. Beberapa pengunjung bahkan menoleh padanya. Myungsoo menghela nafas panjang dari tempatnya, suzy tetap merasa benar.

“Geunde.. Aku merindukannya ajumma.. Hiks..hiks.. Eish..namja menyebalkan, beraninya dia membuat seorang bae suzy menangis,” lirih suzy. Myungsoo memijit pelipisnya pelan ketika mendengar suzy mulai menangis kencang.

“Aigoo..anak muda jaman sekarang, patah hati teriak-teriak begitu, menyedihkan sekali,” komentar salah satu rekan bisnis myungsoo.

Myungsoo hanya tersenyum kecut. Dia sudah hendak berdiri menghampiri suzy untuk mengantarnya pulang. Namun diurungkannya niatnya begitu mendengar ponsel suzy berdering. Yeoja itu berbicara tak jelas memanggil sulli di sambungannya. 15 menit kemudian sulli dan minho menjemputnya. Mereka tak melihat myungsoo di sana karena terlalu sibuk menarik suzy yang mabuk, meracau dan menangis tak jelas.

****

“Nona muda.. Anda mau ke mana? Kepala anda pasti masih pusing karena mabuk, istirahat saja nona,” cegah han ajumma begitu melihat suzy turun dari tangga menenteng sepatu berhak tingginya. Berjalan saja suzy masih memegang kepalanya yang pening.

“Aniya. Aku harus bertemu myungsoo ajumma. Aku merindukannya.. Aku harus bicara dan membuatnya memaafkanku,” sahut suzy sambil memasang sepatunya sambil berjalan.

“Memangnya apa salahku sampai dia membentakku begitu. Eish.. Jangan harap dia bisa lepas dari bae suzy. Sampai ke manapun akan aku kejar dia,” dumel suzy masih berkutat dengan sepatunya.

“Agassi..”

“Nan galkke..” pamit suzy. Han ajumma memandang khawatir suzy yang berjalan sambil memegang kepalanya. Meski dilarang nona mudanya tetap bersikukuh seperti biasanya.

Mobil yang dikendarai suzy dan lee ajussi sudah keluar dari gerbang kediaman keluarga bae. Bersamaan dengan itu, sebuah mobil hyundai putih memasuki gerbang dan berhenti tepat di depan pintu yang masih terbuka.

“Shin goon.. Nona muda pergi menemui kim goon baru saja. Saya khawatir karena nona sepertinya masih terlihat tak sehat karena mabuk semalam,” ujar han ajumma begitu melihat wonho keluar dari mobil.

“Arasseo.. Aku akan menyusulnya ajumma,” ujar wonho segera melajukan mobilnya kembali. Diregangkannya dasi yang melilit lehernya. Dia memang berniat menjemput suzy untuk pergi ke pertemuan proyek mereka.

Mobil sedan hitam berhenti di depan gedung kim corporation. Suzy keluar dari mobil tergesa-gesa. Matanya masih berkunang-kunang, tapi dia tak peduli. Bukan bae suzy namanya jika tak bersemangat meski sedang tak enak badan. Tak dipersulikannya bisikan beberapa karyawan yang dilewatinya. Mungkin rumor tentang pertengkaran vice president dengan kekasihnya di lobby beberapa hari yang lalu sudah menyebar.

“Kim myungsoo,” panggilnya ketika melihat sosok punggung namjanya yang berjalan ke arah tangga. Myungsoo membulatkan matanya mendengar suara suzy, kemudian menoleh. Dilihatnya suzy berjalan ke arahnya dengan cepat.

“Kita harus bicara,” tegas suzy ketika berada di depan myungsoo.

“Apa yang harus kita bicarakan suzy. Ini kantor, kita bisa bicara nanti,” ujar myungsoo.

“Ani.. Kita bicara sekarang,” paksa suzy.

“Kita butuh waktu untuk memikirkan hubungan kita suzy,” ucap myungsoo datar.

“Kau tak menyukaiku lagi?” lirih suzy pelan. Myungsoo menghembuskan nafas kasar. Dia ingin menjawab tentu saja aku menyukaimu, tapi saat ini egonya lebih besar. Sudut matanya menangkap sosok wonho yang baru memasuki pintu kaca kim corporation. Sekali lagi level cemburu yang berusaha ditahannya perlahan naik.

“Aku harus bekerja, kau juga harus bekerja. Kita bisa bicara lagi nanti,” myungsoo berbalik dan menaiki anak tangga.

“Kau tak boleh membuangku seperti itu kim myungsoo,” pekik suzy. Dia mengikuti myungsoo dari belakang.

“Seharusnya kau tak membuatku tergantung padamu. Kau menyebalkan,” rengek suzy. Tapi myungsoo tak memperhatikannya dan terus menaiki anak tangga. Wonho menoleh ke arah tangga mendengar suara pekikan suzy. Merasa tak diperhatikan, dia melepas sebelah sepatunya dan melemparkannya hingga menimbulkan bunyi jatuh yang nyaring.

“Ahh.. Appo…” suzy membuat suaranya terlihat seperti kesakitan. Langkah myungsoo sempat berhenti begitu mendengar bunyi benda jatuh. Matanya memicing ketika melihat pantulan kaca besar di depannya, suzy hanya berpura-pura membuat suara kesakitan. Dia menggeleng pelan melihat suzy yang sepertinya tak sadar ada kaca besar yang membuat pantulan dirinya bisa terlihat jelas oleh myungsoo, hingga namja itu tahu dia sedang pura-pura.

“Eish..” decak suzy sebal ketika myungsoo malah melanjutkan langkahnya dan tak menghiraukannya. Rencananya gagal. Dengan sepatu yang tinggal sebelah dia menaiki tangga hendak menyusul myungsoo. Baru saja kakinya melangkah 5 anak tangga, kakinya tak sengaja terantuk anak tangga karena terlalu terburu-buru. Detik berikutnya yeoja cantik ini kehilangan keseimbangannya…

“Argg…” suara pekikan suzy yang cukup kencang.

“Suzy…” suara wonho yang ikut berteriak kaget.

Terdengar suara sesuatu terjatuh karena myungsoo bisa mendengar bruk~ pelan. Berbeda dengan yang dia dengar sebelumnya. Suara kali ini seperti sesuatu yang besar baru saja terjatuh. Langkahnya terhenti. Jantungnya berdegup cepat dan darahnya serasa mengalir dengan tak lancar.

“Omo… Omoo.. Ada yang terjatuh,” nafas myungsoo mulai menderu mendengar teriakan orang-orang. Dengan takut dia menoleh ke belakang. Matanya menatap nanar yeojanya tengah terkulai di bawah dengan ekspresi kesakitan.

“Suzy-ah..” lirih myungsoo segera menuruni anak tangga.

“Appo…appo…” rintih suzy sambil memegang kaki kirinya.

“Suzy gwenchana,” wonho yang memang berdiri lebih dekat dengan suzy segera membantu suzy duduk.

“Appo..appo..” wajah suzy terlihat sangat kesakitan. Air mata bahkan lolos jatuh dari matanya ketika rasa sakit di kakinya semakin mendera.

“Suzy..” suara myungsoo tercekat. Dia ikut berjongkok di sebelah suzy. Mata myungsoo melirik kaki suzy yang memar dan berdarah.

Myungsoo semakin khawatir ketika menyadari luka itu ada pada kaki suzy yang pernah dioperasi sebelumnya. Saat hendak membawa suzy yang terus merintih kesakitan, wonho lebih dulu menggendong suzy berdiri. Myungsoo ikut berdiri.

“Aku berniat merelakannya untukmu tapi tidak untuk kau buat dia seperti ini kim myungsoo, kau membuatku berpikir dua kali,” kata wonho tajam lalu berlari dari sana, membawa suzy ke rumah sakit secepatnya karena yeoja itu semakin menangis kesakitan. Myungsoo tercenung. Matanya bergerak tak fokus. Tak pernah dilihatnya wonho berbicara setegas dan setajam itu sebelumnya, bahkan menyebut nama myungsoo secara lengkap.

“Suzy-ah..mianhae,” sesal myungsoo menatap nanar sebelah sepatu suzy di lantai, yang tadi yeoja itu lemparkan. Tak berlama-lama dia segera berlari ke pintu keluar…

“Logam di kakinya bergeser karena terjatuh. Kita harus melakukan operasi. Ajumma apa orang tuanya masih belum kembali?” tanya minho begitu keluar dari ruang suzy dirawat.

“Tuan dan nyonya sedang dalam perjalanan choi goon. Beliau berpesan lakukan yang terbaik untuk nona muda. Apapun selama itu baik dan tidak beresiko beliau akan menyetujuinya,” ratap han ajumma khawatir.

“Arasseo.. Kalau begitu aku akan mengatakan pada tim dokter untuk menyiapkan operasi kecil pada kakinya. Bisakah ajumma menandatangai persetujuannya sebagai wali suzy,” pinta minho yang dibalas anggukan oleh han ajumma.

“Oppa lalu suzy?” tanya sulli khawatir.

“Tenanglah chagi.. Dia sedang tidur. Aku sudah menyuntikkan pereda sakit sembari menyiapkan semuanya. Dia akan segera sembuh,” minho mengusap bahu istrinya.

“Bagaimana dia bisa jatuh begitu. Eish.. Selalu saja tak hati-hati,” lirih sulli sedih. Wonho diam tak mengeluarkan suara apapun. Terdengar suara berlari di lorong.

“Dia.. Eottae?” nafas myungsoo terdengal-sengal karena berlari.

“Yaa..kau darimana saja tak bisa dihubungi,” sela sulli begitu myungsoo muncul. Wonho tiba-tiba berdiri dari tempatnya, berjalan ke hadapan myungsoo.

“Kau mengkhawatirkannya?” ada nada celaan dalam suara wonho. Ditatapnya myungsoo tajam.

“Aku tahu aku salah. Aku tak bermaksud mengabaikannya atau apapun, hanya saja…” suara myungsoo menciut dan hilang pada kata terakhir. Egonya terlalu tinggi untuk mengatakan kata cemburu.

“Kau cemburu padaku kim myungsoo, benar kan,” tandas wonho, membuat myungsoo benar-benar kehilangan suaranya. Ditatapnya wonho, antara tatapan bingung dan nanar. Sulli menutup mulutnya pelan kemudian mundur ke belakang di sebelah minho. Akhirnya dia mengerti asal keributan-keributan mereka akhir-akhir ini.

“Baiklah aku katakan kenyataannya. Aku memang menyukai suzy, sejak dulu,” aku wonho. Sulli memekik pelan. Minho menggeleng dan myungsoo menatap wonho tak percaya.

“Neo…” myungsoo menatap wonho histeris.

“Tapi ada sesuatu yang memang tak bisa dipaksakan. Suzy menyukaimu sekarang. Kau tahu itu dan harusnya kau tak meragukannya,” nada suara wonho mulai merendah namun tatapannya masih serius.

“Yaa..kalian berdua, geumanhae..ini rumah sakit,” minho memperingatkan.

“Dan aku tak mungkin merebut kekasih temanku sendiri neo ara. Lagipula aku tak bisa memilikinya jika hatinya ada padamu. Apa kau tahu dia menangis seharian hanya karena bertengkar denganmu dan tak melihatmu sehari saja,” wonho mengulas senyum lemah.

“Jangan membuatnya menangis lagi myungsoo-ah.. Jangan mengulangi kesalahanku,” suara wonho melembut. Ditepuknya pundak myungsoo pelan.

“Mianhae..” hanya itu yang bisa keluar dari mulut myungsoo. Senyum tipis tersungging di wajah wonho.

“Dokter choi, semua persiapan sudah siap,” seorang perawat datang memberitahu minho.

“Arasseo. Ajumma.. Pergilah ke ruang administrasi untuk menandatangani persetujuannya. Aku akan memeriksa keadaannya sekali lagi,” ucap minho. Han ajumma mengangguk dan pergi ke bagian administrasi.

“Hyeong dia akan baik-baik saja bukan?” tanya myungsoo khawatir.

“Yaa.. Dia bukan menjalani operasi jantung yang sulit. Ini hanya operasi kecil untuk kakinya. Tak ada yang perlu dikhawatirkan,” senyum minho.

“Oppa hati-hati ne, hwaiting,” sulli menyemangati.

“Aku mulai,” minho berjalan pergi.

***

Mata suzy masih terpejam rapat, sepertinya pengaruh obat bius masih belum sepenuhnya hilang pasca operasi. Wajahnya pucat. Tangan halusnya digenggam erat oleh sepasang tangan kokoh sejak dia dikembalikan ke ruang rawatnya. Entah sudah berapa lama myungsoo terus menggenggam tangan suzy.

“Kau akan mematahkan tangannya jika terus memegangnya begitu,” ujar minho yang baru saja masuk.

“Hyeong kenapa dia tak sadar juga. Kau yakin semua baik-baik saja?” myungsoo menatap minho tak yakin.

“Dia hanya tertidur myungsoo, tenanglah. Sepertinya dia lelah, mungkin karena menangis seharian,” minho menyindir myungsoo.

Usai memeriksa keadaan suzy minho keluar karena ada jadwal operasi yang sudah menunggu. Sulli pulang untuk beristirahat, wonho harus menghadiri rapat untuk mengambil alih proyeknya selama suzy sakit sementara han ajumma sedang mengambil beberapa keperluan di rumah. Hampir saja myungsoo tertidur ketika dirasanya tangan yang digenggamnya bergerak pelan. Matanya yang separuh terpejam sontak terbuka, menatap kelopak mata suzy yang bergerak perlahan hingga akhirnya terbuka sayu.

“Appo..” lirih suzy dengan suara serak. Myungsoo mendekatkan duduknya ke wajah suzy.

“Kau sudah sadar? Appo? Eodi appo?” tanya myungsoo sembari menatap kaki suzy mengira itu sumber kesakitan yeojanya.

“Son (tangan),” jawab suzy singkat. Tenggorokannya terasa sangat kering.

“Mian..” myungsoo segera melepaskan genggamannya.

“Haus,” suara suzy seperti bisikan halus saking keringnya tenggorokannya. Segera dibantunya suzy minum dari gelas yang ada di sisi ranjang tempat suzy berbaring.

“Kau masih mengantuk? Tidurlah lagi,” ujar myungsoo begitu melihat suzy masih menguap pelan.

Suzy menggeleng pelan. Kakinya sedikit nyeri, sepertinya efek obat pereda sakitnya mulai menghilang. Selama hampir 20 menit mereka masih saling memandang dalam diam. Selain suzy masih mengumpulkan energinya setelah terbangun pasca operasi myungsoo masih betah mengamati wajah suzy yang terlihat masih pucat.

“Mianhae,” keduanya bersuara bersamaan.

Myungsoo tersenyum simpul. Diraihnya tangan suzy yang bebas infus. Suzy mengangkat kedua alisnya sedikit heran. Myungsoo tersenyum padanya bukan? Apakah itu berarti myungsoo sudah tak marah lagi padanya. Myungsoo memaafkannya?

“Mian.. Karena aku bersikap kasar padamu dan mengacuhkanmu. Hingga kau terjatuh begini,” suara myungsoo semakin lirih.

“Aku.. Aku..” mengapa sulit sekali rasanya mengakui alasan kemarahannya pada suzy. Apakah harga dirinya terlalu tinggi untuk sekedar mengakui.

“Aku cemburu suzy,” myungsoo meremas tangan suzy pelan. Akhirnya kata itu terucap juga. Suzy terkesiap. Matanya berkedip-kedip beberapa kali.

“Aku merasa terancam dengan kedekatan antara kau dan wonho akhir-akhir ini. Kau tahu rasanya sedikit menyesakkan melihatnya. Aku takut kau berpaling dariku. Aku khawatir kau akan datang padaku dan mengatakan kau menyukai wonho kembali,”

“Nappeun..” mata suzy mulai berkaca-kaca.

“Nappeon nom.. ” suzy mulai menangis. Myungsoo bingung, hanya mengusap air mata yeojanya namun tangisan suzy semakin menjadi.

“Aku pikir kau sudah tak menyukaiku lagi.. Aku pikir kau sudah menemukan yeoja lain yang tidak keras kepala, yang tidak pernah memaksamu harus begini harus begitu.. Aku pikir aku tak bisa bersamamu lagi hiks,” air mata semakin deras mengucur dari kedua mata suzy. Direngkuhnya kedua pipi suzy, mencoba menenangkan seolah dia seorang balita yang menangis karena dimarahi ibunya.

“Kenapa kau menangis hum.. Mianhae ne.. Uljima..” myungsoo menenggelamkan kepalanya di samping kepala suzy. Memeluk yeojanya yang masih berbaring itu dari samping. Tangan suzy yang bebas infus meraih kepala myungsoo, menariknya mendekat supaya menempel ke sisi kepalanya.

“Aku tak akan menyukai wonho lagi karena aku sudah bersamamu. Aku mencintaimu myungsoo. Apa aku harus selalu menempel di sisimu supaya aku tak menghabiskan waktuku dengan wonho,” ucap suzy di sela tangisnya.

“Piryeo eobseo.. Aku bisa pusing kalau kau menempel terus padaku,” gurau myungsoo yang dihadiahi cubitan kecil oleh suzy.

“Aku merindukanmu,” suzy menolehkan kepalanya ke arah myungsoo dan memeluknya erat dengan satu tangan. Myungsoo tersenyum.

“Ara.. Nado.. Aku juga merindukanmu yang cerewet, mianhae atas ucapan kasarku kemarin,” myungsoo mencium kening suzy lembut. Ada rona bahagia terpancar di kedua mata suzy yang masih sayu karena lelah.

“Myungsoo-ah…” suzy mengedipkan matanya seperti anak anjing sambil tersenyum. Membuat myungsoo menaikkan sebelah alisnya.

“Waeyo?” tanya myungsoo sembari memicingkan matanya.

“Ppopo juseyo…” rengek suzy manja. Dimanyunkan sedikit bibirnya lalu telunjuknya mengetuk pelan bibirnya sendiri.

“Yaa.. Apa sebegitu merindukanku? Kau bahkan baru sadar dari operasimu,” kata myungsoo.

“Arasseo kalau tidak boleh ya sudah,” jawab suzy lesu lalu mengalihkan kepalanya.

“Ara..ara…” myungsoo menangkup kedua pipi suzy menariknya kembali supaya menoleh padanya.

“Pertama hapus dulu air matamu ini,” senyum myungsoo sembari mengusap sisa air mata suzy lembut dengan kedua jempolnya.

“Lalu….” myungsoo menggantung perkataannya.

“Lalu?” suzy tersenyum kecil yang dibalas myungsoo dengan senyuman penuh arti.

“Saranghae bae suzy,” ucap myungsoo.

“Nado…nado..nado…” pekik suzy senang.

Detik berikutnya suzy memejamkan kedua matanya begitu myungsoo mendekatkan wajah dan mencium bibirnya lembut. Satu tangan suzy menyusup ke tengkuk myungsoo menarik namjanya semakin dekat padanya dan memperdalam ciuman mereka. Myungsoo menggerakkan bibirnya perlahan dan suzy juga melakukan sebaliknya. Suzynya yang ternyata tak akan pernah meninggalkannya. Rasa sesak yang selama ini membayangi perasaan myungsoo kini lenyap karena dia tahu suzy sangat menyukainya..

Senyum tipis tersungging di wajah lelah yang kini menyandarkan dirinya di dekat pintu ruang rawat suzy. Dia bisa mendengar dan melihat dengan jelas pembicaraan di dalam karena memang pintu sedikit terbuka.

“Kyungjoon-ah..kau benar..hyung tak akan mengkhianati janji padamu,” lirih wonho sangat pelan pada dirinya sendiri. Dia tersenyum kecut. Dia menyadari tak bisa memaksakan untuk memiliki sesuatu yang sejak awal memang bukan untuknya…

TBC

I have to say sorry to my beloved readers. Mian gak bisa update cepet seperti harapan kalian.. I’m start working now. Jadi jangan berharap tiap hari ada update karena waktu nulis author udah jarang. Update hanya akan ada beberapa hari sekali 🙂  waktu nulis mungkin hanya akan ada sepulang kerja.
I’ll be post in midnight since i’m so busy in morning 🙂
Sorry jika ceritanya gak sperti ekspektasi kalian karena sulit buat fokus dengan aktivitas yang lebih dari biasanya.. 😦

Next chapter bakalan end utk WMT. Next chap hanya akan jadi semacam sekuel jadi alurnya bakal cepet.
Untuk next ff emm sepertinya fantasy.. Dan akan ada cast baru buat next ff.. Jang..jangggg… Say hi to MARK 🙂 *bow bareng mark
Well.. I have to say..he is sooo gorgeous.. I like his friendly smile..
He will become myungsoo’s new encounter i think kkkk 🙂 but i still love myungzy like always… 🙂

172 thoughts on “Wipe My Tears Part 10

  1. Aiiggoooo thor,,,dirimu emng jjaaannngggg……..
    Daeebbaaakkkk…….
    Akhirnya kesalahpahaman nya slesai jg,,
    Poot Wonho,,smoga dpat pengganti Suzy…
    Pada akhirnya Wonho emng gk bisa ama Suzy sesuai janjinya ke Kyung Joon,, terharu q baca nya…
    Next,,next….
    Myungzy jjaaanngg… Author jjaanngg….

Leave a comment